Dede Farhan Aulawi Jelaskan Perkembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Bagi Manusia


Bandung, Mandanews.id – Pemerhati Teknologi Dede Farhan Aulawi menyoroti pesatnya perkembangan teknologi informasi yang menuntut adaptasi cepat dari masyarakat.

Dede menyampaikan hal tersebut dalam diskusi bersama koleganya di Bandung, Senin (11/11).

Ia menekankan bahwa kemajuan teknologi sering kali bergerak lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk beradaptasi, terutama di Indonesia yang sangat heterogen.

“Belum sempat beradaptasi dengan teknologi baru, tiba-tiba sudah muncul teknologi yang lebih baru. Inilah tantangan yang dihadapi masyarakat, dan tentu tidak semua lapisan bisa mudah beradaptasi,” ujarnya.

Dalam diskusi tersebut, Dede juga mengulas tentang istilah “telematika” yang dulu pernah populer di Indonesia, mengacu pada integrasi telekomunikasi dan informatika.

Teknologi informasi, menurutnya, membuka peluang besar di berbagai bidang, termasuk pendidikan.

Penggunaan teknologi seperti e-learning, e-library, dan e-education memungkinkan proses belajar menjadi lebih fleksibel, tak terbatas waktu dan tempat.

Dede menilai, inisiatif seperti radio dan televisi pendidikan merupakan upaya awal pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.

Namun, kelemahan utama media tersebut adalah kurangnya interaksi dua arah.

“Pembelajaran berbasis internet kini memungkinkan interaksi langsung, baik secara sinkron maupun asinkron,” jelasnya.

Ia juga menyoroti keunggulan pembelajaran berbasis internet yang memungkinkan pelajar dan fasilitator berinteraksi meski berada di tempat yang berbeda.

Teknologi video conference, misalnya, memungkinkan pembelajaran jarak jauh dengan efektif.

Mengenai perkembangan teknologi secara umum, Dede menjelaskan bahwa teknologi telah ada sejak zaman Romawi Kuno dan terus berevolusi.

Perkembangan teknologi ini terbagi dalam tiga klasifikasi: netral, hemat tenaga kerja, dan hemat modal.

Teknologi hemat tenaga kerja, misalnya, telah berkembang sejak abad ke-19 dan terus memberikan dampak pada berbagai sektor kehidupan, mulai dari produksi pangan hingga infrastruktur.

Dede mengingatkan bahwa keterlibatan berlebihan dari pemerintah dalam mengatur teknologi asing justru dapat menghambat arus teknologi ke negara berkembang.

Di sisi lain, ketergantungan berlebihan pada investasi asing dapat melemahkan kemandirian teknologi lokal.

“Teknologi telah menjadi kebutuhan di setiap sektor kehidupan. Namun, sejauh mana masyarakat dapat memanfaatkannya masih menjadi tantangan. Hingga kini, baru sebagian kecil masyarakat yang dapat merasakan manfaat maksimal dari perkembangan teknologi ini,” pungkasnya. (Dwi/red)