Mitra Binaan Pertamina RU VI Balongan Ubah Sampah Jadi Barang Bernilai Ekonomi Tinggi

Ketua Kelompok Wiralodra, Matori, memegang Plakat dan lembaran bahan baku plakat. (foto/mandanews.id/Andrian Supendi)


Indramayu, Mandanews.id – Pengelolaan sampah masih menjadi PR besar di sejumlah daerah. Cara masyarakat dalam membuang sampah sembarangan serta tidak dibarengi dengan pengelolaan yang tepat membuat lingkungan kotor dan tak nyaman untuk dilihat.

Kondisi tersebut sempat dirasakan oleh Matori di lingkungan tempat tinggalnya Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Dahulu, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan membuat lingkungan tempat tinggalnya itu menjadi kumuh. Tidak sedikit pula masyarakat sekitar membuang dan membakar sampah secara sembarang.

Akibatnya, bukan hanya lingkungan yang kumuh, namun asap hasil pembakaran sampah yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya juga dapat mengakibatkan polusi udara di wilayah itu.

Berawal dari kondisi tersebut, pada tahun 2016, Matori pun kemudian menginisiasi Bank Sampah bernama Kelompok Wiralodra yang diketuai olehnya dengan beranggotakan sebanyak 20 orang. Di mana, kelompok tersebut berfokus pada pengolahan sampah baik organik maupun anorganik.

Kelompok Wiralodra sendiri merupakan mitra binaan dari PT Kilang Pertamina International Refinery Unit (RU) VI Balongan. Bersama dorongan dan bantuan modal dari perusahaan, keberadaannya telah memberikan banyak manfaat kepada lingkungan.

Desa Balongan tempat Matori tinggal pun kemudian telah bertransformasi menjadi wilayah masyarakat yang sadar lingkungan dan mampu mengolah sampahnya sehingga menghasilkan nilai ekonomi dari memilah sampah.

“Untuk bank sampah sendiri sampahnya hasil mengepul dari masyarakat dan saya juga menerima jasa pengangkut pembuangan sampah. Nah dari situ juga saya ngambilin sampah dari masyarakat, kemudian saya pilah-pilah. Waktu itu hanya untuk disortir dan dijual, udah gitu aja,” terang Matori, saat ditemui di lokasi Bank Sampah Kelompok Wiralodra, Desa, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, (30/10/2024).

Kemudian pada tahun 2019 hingga 2022, Kelompok Wiralodra yang diketuai Matori berhasil secara bertahap mengolah sampah organik dengan budidaya Maggot dan telah mampu mengolah sampah organik sebanyak 80 kg perminggu.

“Sampah-sampah itu merupakan sampah rumah tangga yang kami kumpulkan dari warga sini, selain itu kami juga mengambil dari pasar terdekat,” tutur dia.

Lalu pada tahun 2023, Matori dan Kelompok Wiralodra mulai menginisiasi pengolahan sampah plastik menjadi Plakat berdasarkan saran yang diberikan dari pihak CSR PT Kilang Pertamina International RU VI Balongan.

“Nah setelah tahun 2023, saya disarankan oleh pihak CSR Pertamina RU VI Balongan untuk mengolah sampah plastik, karena waktu itu harga Maggot lagi jatuh, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tidak sebanding dengan pendapatan. Jadi saya disarankan agar fokus mengolah sampah plastik, diolah menjadi souvenir dan Plakat ini,” ungkap dia.

Matori mengatakan, untuk memproduksi satu buah Plakat membutuhkan 1 kilogram (kg) sampah plastik yang dipilih dan diolah dari jenis HDPE dan PTE, seperti tutup botol, helm bekas, ember bekas, dan botol bekas.

Sampah-sampah itu dikumpulkan Matori bersama kelompoknya dari warga sekitar. Selain itu, Matori juga mendapat pasokan sampah plastik dari sisa-sisa kilang yang dikirimkan secara rutin oleh Pertamina kepada Kelompok Wiralodra.

“Pihak Pertamina sendiri mensupport sampah plastik per tiga bulannya bisa mencapai satu kwintal, terdiri dari berbagai macam, kayak botol air mineral, helm Sefti yang sudah tidak terpakai, dan sampah-sampah domestik lainnya. Disamping itu saya juga ngambil dari masyarakat,” ujar dia.

Adapun dalam proses pengolahannya, Matori menerangkan, dimulai dari pengumpulan, penyortiran plastik sesuai jenis dan warna, pencacahan menjadi serpihan-serpihan kecil, pelelehan, pembentukan (molding).

Dalam memproduksi Plakat, Kelompok Wiralodra tidak bekerja sendiri, melainkan bekerja sama dengan kelompok kreatif Teman Istimewa yang juga masih binaan dari PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan.

Dalam hal ini, Matori dan Kelompok Wiralodra hanya mencetak bahan baku berbentuk lembaran plastik yang nantinya diproses kembali menjadi sebuah Plakat oleh kelompok kreatif Teman Istimewa tersebut.

“Kalau kami di sini hanya mencetak bahan baku Plakat saja yang berbentuk lembaran. Nah kalau yang mengolah bahan baku menjadi plakat ada lagi, yaitu kelompok kreatif dari Teman Istimewa,” jelas dia.

Matori mengatakan, 1 lembar bahan baku plakat berukuran 20×18 centimeter yang berasal dari 1 kg sampah plastik itu dihargai Rp100.000 perlembar, yang ia jual kepada kelompok kreatif Teman Istimewa.

“Kalau satu kilogram sampah plastiknya sendiri paling mahal Rp6.000, kemudian untuk proses pelelehan Rp10.000. Jadi total biaya produksi satu lembar bahan baku plakat Rp20.000. Lalu dijual harga Rp100.000. Total keuntungan bersih Rp80.000,” kata dia.

Sementara, Pendamping Kelompok Kreatif Teman Istimewa, Sespri Maulana mengatakan, satu lembar bahan baku berukuran 20×18 centimeter yang dikirim oleh Kelompok Wiralodra dapat diolah menjadi satu buah Plakat.

Pendamping Kelompok Kreatif Teman Istimewa, Sespri Maulana, saat mempraktekkan pembuatan Plakat. (foto/mandanews.id/Andrian Supendi)

“Jadi dari Kelompok Wiralodra dikirim berbentuk lembaran bahan, terus diolah sama teman-teman Istimewa dijadikan Plakat,” kata dia.

Sespri menyampaikan, kelompok kreatif Teman Istimewa sendiri memiliki 4 orang pengrajin, terdiri dari dua orang penyandang disabilitas dan dua orang lagi merupakan pendengar.

“Kita tim kreatif di sini memang campur. Karena tujuannya kesetaraan, jadi lebih ke berkolaborasi antara yang teman-teman dengar dan teman-teman disabilitas itu menjadi satu,” ujar dia.

Dalam proses produksinya, Sespri mengungkapkan, satu buah Plakat dikerjakan oleh satu orang pengrajin dengan waktu pengerjaan selama satu hari. Adapun untuk harga jualannya, dari kisaran Rp350.000 hingga Rp1.500.000.

“Lama pengerjaan dan harga satu buah Plakat sendiri tergantung ukuran, ketebalan bahan, dan tingkat kesulitan saat produksi. Semakin sulit maka semakin lama dan makin mahal pula harganya,” ungkap Sespri.

“Kalau yang harga Rp1.500.000 bentuknya kayak kenang-kenangan atau cendramata tapi ukurannya besar sekitar 40×60 centimeter. Bahan bakunya pun kami pesan secara khusus kepada Kelompok Wiralodra dengan ukuran 60×70 centimeter,” sambung dia.

Menurut Sespri, plakat-plakat yang diproduksi oleh kelompok kreatif Teman Istimewa selama ini masih berdasarkan pesanan. Biasanya pemesanan berasal dari Pertamina dan perusahaan-perusahaan BUMN lainnya, bahkan tidak sedikit pula yang berasal dari kalangan mahasiswa.

Contoh salah satu Plakat yang sudah jadi. (foto/mandanews.id/Andrian Supendi)

Selain plakat, beragam asesoris seperti cincin, anting, kalung, juga furniture seperti meja, kursi, tempat tisu, tempat sampah, lemari kecil, dan tempat sepatu juga diproduksi di tempat ini. Semua barang-barang tersebut berbahan dasar dari sampah plastik.

“Keuntungan yang didapat nilainya relatif, untuk Kelompok Wiralodra satu lembar bahan baku berukuran 20×18 dihargai Rp100.000. Sedangkan untuk teman-teman kreatif sendiri yang memproses bahan baku menjadi sebuah Plakat mendapatkan keuntungan sekitar Rp150.000 per orang,” terang Sespri.

Sementara, Officer 1 CSR & SMEPP PT Kilang Pertamina International RU VI, Andromedo Cahyo Purnomo mengatakan, selain memberikan alat-alat produksi dan mensuport sampah plastik dari sisa-sisa kilang, Pertamina RU VI juga membantu pelatihan baik secara internal maupun secara eksternal.

“Pelatihan nya baik secara internal dari kami, eksternal juga kita ajak sampai study banding kemana-mana. Bahkan, kita sampai ke Bali di sana kita berkunjung ke pabrik pengolahan sampah plastik besar,” kata dia.

Selain itu, lanjut Andromedo, pihak RU VI juga turut membantu mempromosikan Plakat hasil produksi kolaborasi antara Kelompok Wiralodra dengan Kelompok Kreatif Teman Istimewa tersebut.

“Kita juga turut bantu mempromosikan Plakat hasil produksi tersebut kepada perusahaan-perusahaan lain diluar Pertamina,” terang Andromedo.

Andromedo menyebut, dalam satu bulan kemarin sampah plastik yang sudah diolah untuk sebagai bahan baku Plakat mencapai 300 kilogram.

“Jadi kembali ke kebutuhan, kadang juga satu Minggu atau dua Minggu mereka mendapat orderan hingga 100 Plakat, nah maka mereka pun harus ngumpulin banyak sampah plastik. Kalau sedang banyak orderan Plakat, Matori ini mengambil sampah plastik dari desa lain,” ungkap dia.

Artinya, Andromedo menambahkan, keberadaan bank sampah Kelompok Wiralodra binaan PT Kilang Pertamina International RU VI Balongan ini selain menjadikan lingkungan yang semula kumuh menjadi bersih, juga dapat membantu meningkatkan ekonomi masyarakat dengan mengolah sampah menjadi barang bernilai tinggi. (Andrian Supendi)