Jurnalis Rakyat Indramayu Gelar Diskusi Publik soal Proyeksi Strategis Nasional


Indramayu, Mandanews.id – Jurnalis Rakyat Indramayu gelar Open Mic dan Diskusi Publik terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan tema PLTU Indramayu: Ruang Aman atau Ancaman untuk perempuan?

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Pesantren Miftahul Huda, Segeran Kidul Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, pada Minggu (13/10/2024) ini dibuka dengan open mic dari Mistara (42) mewakili Jaringan Tanpa Asap Batubara Indramayu (JATAYU).

Mistara menceritakan bagaimana nelayan udang rebon kesulitan mendapatkan tangkapan setelah ada Pembangkt Listrik tenaga Uap (PLTU) di Desa Sumuradem Kecamatan Sukra Kabupaten Indramayu.

“Sebelum adanya PLTU1, udang yang didapat per bulan bisa mencapai 70 kilogram sampai 1,5 kwintal. Setelah PLTU1 berdiri, udang yang didapat tidak sampai 20 kilogram per bulan. Musim udang rebon yang awalnya bisa selama 12 bulan, setelah berdiri PLTU 1, musim udang hanya 1 sampai 3 bulan,” ungkap dia.

Kegiatan yang dihadiri sekitar 40 orang dari berbagai kalangan, lintas jejaring dan komunitas di Indramayu ini menghadirkan Zahra Amin, aktivis perempuan Indramayu dari Jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan Ahmad Sayid Mukhlisin, Aktivis lingkungan dan pemerhati proyek PLTU Sumuradem.

Dalam pengisian materinya, Zahra Amin menekankan penting partisipasi perempuan untuk turut seta dalam menyusun kebijakan dan memahami isu lingkungan.

“Sebab, pada dasarnya perempuan adalah orang yang paling rentan terdampak dari setiap proyek-proyek Pembangunan” pungkasnya,” kata dia

“Bukan hanya perempuan yang terdampak dengan adanya PLTU Indramayu ini, akan tetapi seluruh. Semua masyarakat secara umum turut terdampak dari proyek pemerintah yang katanya Proyek Strategis Nasional” Tegas Ahmad Sayid Mukhlisin di sesi penyampaian materinya.

Kegiatan yang diselenggarakan atas kolaborasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Tempowitness dan Jurnalis Rakyat Indramayu ini diakhiri dengan diskusi kelompok untuk membahas terkait rencana tindak lanjut setelah kegiatan ini berlangsung.

“Saya senang sekali dan berterima kasih kepada panitia karena kegiatan ini diadakan di pondok pesantren dan mengikutsertakan anak didik saya, karena masih jarang sekali pembahasan tentang PLTU, isu lingkungan melibatkan kami, yang saya dan santri semua rasakan seperti panas sekali ketika musim kemarau, kadang kesulitan air bersih, hal-hal yang seperti itu ternyata merupakan dampak dari gejala kerusakan alam yang bisa jadi diakibatkan oleh adanya proyek-proyek PLTU yang ada di Indramayu. Harapannya kegiatan ini ada berkelanjutan, syukur-syukur ada aksi-aksi nyatanya, selain menumbuhkan awareness juga kita agar lebih sadar dengan isu lingkungan untuk kehidupan yang berkelanjutan” ucap Ibu Nyai Novi Assirotun Nabawiyah, selaku pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda pada saat sambutan untuk membuka acara kegiatan open mic dan dialog public.

Selain itu Sarifah Mudaim selaku ketua pelaksana juga menyampaikan kegiatan ini sebagai ajang reuni Jurnalis Rakyat “Kegiatan ini sebagai ajang reuni jurnalis rakyat Indramayu untuk saling memotivasi dan produktif menulis di Tempo Witness, juga saling berbagi pengalaman dan ilmu diskusi lintas generasi pelibatan bermakna karena isu lingkungan adalah isu kita bersama.

Dampak PLTU itu sendiri berdampak buruk pada berbagai lini aspek kehidupan, juga sangat berdampak kepada orang-orang yang dilemahkan dalam hal ini anak-anak, perempuan, disabilitas maupun lansia.

Sudah saatnya pelibatan bermakna perempuan dan orang muda dan lintas generasi agar kita semua melek literasi dengan isu lingkungan. (Riyan/Dwi)